Kamis, 09 September 2010

Bagaimana membuat latar belakang menjadi blur

Banyak pemula sering bertanya, bagaimana membuat latar belakang menjadi blur saat foto potret? Sebenarnya caranya mudah, dan tidak kurang dari tiga langkah. Sebelumnya, Anda memerlukan kamera digital SLR, karena kamera DSLR memiliki sensor besar dan Anda dapat menukarnya dengan lensa potret. Walaupun demikian, Anda bisa mencoba mengunakan kamera compact meski hasilnya kurang maksimal.

Langkah Pertama: Set zoom anda ke titik maksimal

Contoh, bila anda memiliki lensa 18-55m, maka set zoom lensa Anda ke 55mm. Bila Anda memiliki lensa telephoto zoom, seperti 55-250mm, ini lebih baik lagi. Pakai lensa ini dan set zoom lensa Anda ke 85mm sampai 135mm. Rentang fokal ini ideal untuk foto potret

Langkah Kedua: Posisikan model Anda sejauh mungkin dari latar belakang

Semakin jauh jarak antara latar belakang dengan model dibanding jarak model ke kamera, semakin blur latar belakang kamera.

Langkah Ketiga: Set bukaan / aperture lensa Anda sebesar mungkin

Semakin besar bukaan semakin blur latar belakangnya, bila Anda memiliki lensa 18-55mm f/3.5-5.6. Maka, set bukaan Anda ke f/5.6 (ini bukaan maksimal di rentang fokal 55mm.

Bila Anda kurang puas dengan hasil lensa 18-55mm, saya sarankan untuk membeli lensa 50mm f/1.8 atau 85mm f/1.8. Meski lensa tersebut tidak bisa zoom, tapi maksimal bukaan sangat besar, sehingga lebih cocok untuk foto potret.

Tips foto Potret untuk pemula

Foto potret adalah salah satu jenis fotografi yang paling diminati oleh fotografer setelah foto pemandangan. Dalam kehidupan sehari-hari, foto potret mungkin lebih populer daripada foto jenis apapun. Kalau kita melihat jejaring sosial seperti facebook dan myspace, kita akan melihat jutaan foto potret beredar dan terus bertambah dengan kecepatan eksponensial.

Maka itu, mengetahui foto potret yang baik menurut saya sangat penting, terutama untuk mengabadikan momen-momen penting.

Inilah beberapa foto potret dengan berbagai tips and trik

1.

Masalah dengan foto diatas adalah kekuatan cahaya dari belakang yang jauh melebihi cahaya dari depan model. Maka dari wajah orang tersebut terlihat gelap, sedangkan latar belakang sangat terang.

2.

Solusi praktisnya adalah mengunakan lampu kilat / flash untuk menerangi bagian wajah. Kalau Anda memakai kamera saku, cari dan aktifkan fill in flash atau force flash. Kalau di kamera DSLR, biasanya Anda tinggal membuka lampu kilat tersebut.

3.

Selain mengunakan lampu kilat, mengubah rentang focal lensa (zoom length) juga sangat berpengaruh dalam foto potret. Di foto diatas, saya mengunakan Nikon D3000 dengan lensa 18-55mm, di posisi 35mm atau ekuivalen di 52mm di kamera film. Rentang lensa mendekati 50mm ini memiliki perspektif yang hampir sama seperti yang kita liat dengan mata kita.

4.

Foto diatas mengunakan rentang lensa 24mm (ekuivalen dengan 35mm). rentang lensa yang lebih lebar ini menimbulkan efek distorsi pada wajah.

5.

Foto diatas diambil dengan rentang lensa 24mm (ekuivalen dengan 35mm). Kita bisa melihat sedikit distorsi pada wajah, selain itu, ada masalah dengan cahaya terutama bagian kiri wajah. Bayangan sangat kasar. Solusi dari masalah diatas adalah dengan mencari posisi lain atau mengunakan reflektor untuk menerangi bayangan di sisi kiri wajah.

6.

Foto diatas masih memiliki masalah dengan bayangan yang kasar, hanya kini saya mengunakan rentang fokal 55mm (ekuivalen 82mm) dengan zoom sampai mentok lensa 18-55mm yang saya gunakan. Wajah model terlihat lebih menarik dengan rentang lensa ini karena efek kompresi wajah sehingga wajah tidak terdistorsi.

Selain itu, latar belakang juga menjadi lebih kabur dan objek di latar belakang terlihat lebih dekat dari yang sebenarnya.

7.

Di foto diatas diambil dengan lensa 85mm f/1.4. Dengan mengunakan bukaan maksimal di 1.4, saya bisa membuat latar belakang menjadi sangat kabur. Rentang lensa 85mm (ekuivalen dengan 135mm) menurut saya ideal untuk foto potret, terutama dengan tujuan keindahan (beauty shot).

8.

Seringkali foto candid seperti diatas lebih menarik daripada foto model yang melihat langsung ke lensa. Selain itu, saya juga menunjukkan bagaimana penyuntingan foto (photo editing) bisa secara signifikan mengganti suasana, warna, intensitas foto. Dengan foto editing, Anda dapat mengkomunikasikan dengan pemirsa bagaimana Anda melihat dunia.

9.

Sama dengan foto no.8 diatas, dengan mengunakan alat penyuntingan foto, Anda bisa mengubah foto biasa menjadi foto klasik. Foto potret tidak perlu selalu tajam sampai ke pori-pori, terutama foto wanita.

Semoga panduan dan contoh-contoh diatas dapat membantu Anda untuk menghasilkan karya foto potret yang baik, untuk keperluan profesional, hobi atau keluarga.

Etika Fotografer

Sebagai makhluk sosial, sebagai fotografer, kita tidak luput dari hubungan manusia. Bila kita hobi foto potret, maka kita akan berhubungan langsung dengan modelnya. Kalaupun hobi kita foto pemandangan, tetap saja kita harus berhubungan dengan orang lain di lokasi untuk mendapatkan informasi atau bantuan.

Maka dari itu masalah etika, adalah masalah yang penting. Namun topik ini biasanya jarang di bahas, fotografer biasanya lebih tertarik membahas soal kamera, lensa, pencahayaan dan lain lain.

Maksud dari etika versi saya adalah bagaimana cara kita berhubungan antar manusia, antara fotografer dan model, antara fotografer dengan asisten, atau dengan masyarakat lokal. Dengan memiliki etika yang baik, fotografer tentunya diuntungkan dengan mendapatkan foto yang lebih berarti, enak dilihat dan alami. Orang-orang di sekitar kita pun akan lebih senang membantu kita.

Secara garis besar, memiliki etika yang baik berarti fotografer bersikap rendah hati, hormat terhadap orang lain, antusias dan baik hati. Dalam foto potret, misalnya, terutama bila modelnya wanita, kita menghormatinya dengan tidak menyentuh saat mengarahkan. Menyentuh model wanita sangat tidak sopan terutama di Asia dan membuat model tersebut menjadi tidak nyaman. Selain itu, hindari kebiasaan berbicara dengan nada memerintah dan sering-seringlah memuji atau berterima kasih bila memang patut.

Saat foto potret, seringkali model kita tidak berpengalaman atau kaku di depan kamera. Hal ini wajar, dan bisa diatasi dengan banyak berkomunikasi dengan mereka. Banyaklah bertanya kepada mereka, tentang hal-hal yang berkaitan dengan mereka, misalnya bila ia seorang musisi, maka tanyakanlah tentang hal berbau musik, atau paling tidak hidup mereka secara umum. Hindari perbincangan tentang hal-hal negatif seperti perang, dan hindari topik SARA.

Seiring dengan waktu, dengan berkomunikasi dengan mereka, mereka akan merasa lebih nyaman. Saat berinteraksi dengan mereka, Anda bisa memperhatikan bahasa tubuh mereka, sehingga memiliki ide sudut pandang dan pose yang terbaik untuk mengambil foto. Hasilnya adalah foto yang lebih alami dan lebih cocok dengan karakter mereka.

Maka dari itu, untuk foto potret, saya lebih menyukai foto sendiri daripada foto bersama kelompok fotografer lainnya. Dengan kehadiran banyak fotografer atau asisten dengan peralatan-peralatan yang rumit, kesempatan untuk berkomunikasi dengan model menjadi hampir tidak ada. Malahan yang terjadi adalah model akan merasa semakin tidak nyaman dan ini akan tercermin pada raut muka dan bahasa tubuh mereka.
Singkatnya, perlakukan orang-orang sekitar seperti Anda ingin diperlakukan. Dengan demikian, fotografi Anda akan bisa lebih maju. Selamat mencoba.

Fitur kamera apa yang penting?

Banyak produsen menjejalkan banyak fitur dalam kamera DLSR dan kompak kamera. Mereka melakukan itu untuk mengatasi pesaing dan bagian dari itu untuk tujuan pemasaran. Memang ada beberapa fitur yang penting, ada juga yang tidak berguna seperti yang kita pikir. Saya akan membahas yang fitur yang penting bagi Anda untuk dipertimbangkan sebelum Anda membeli kamera Anda.

Ukuran sensor (bukan resolusi gambar)

Banyak orang awam mengira semakin tinggi megapixel sebuat kamera, maka akan semakin baik kualitas fotonya. Tapi sebenarnya anggapan itu salah. Kualitas gambar lebih terkait pada ukuran sensor. Semakin besar sensor, semakin tinggi kualitas foto. Misalnya, kamera saku lebih baik daripada kamera ponsel tapi tidak lebih baik dari kamera digital SLR.

Untuk mencetak 5X7 “foto atau lebih kecil, 3 megapiksel gambar cukup memadai, jika Anda perlu untuk mencetak 8X10, 6 megapiksel cukup baik.

Resolusi terlalu tinggi, juga bisa membuat gambar yang Anda ambil menjadi mudah menjadi kabur/blur. Untuk itu diperlukan setting kecepatan rana (shutter speed) sebagai kompensasi. [Baca: Supaya foto tidak blur]

Jadi, sementara lebih megapiksel yang baik, tapi terlalu banyak megapiksel di sensor ukuran yang sama bisa menjadi masalah. Kualitas gambar akan memburuk (karena adanya bintik2 atau disebut juga noise) ketika Anda tembak di setting ISO tinggi.

Kepentingan: 10 / 10

Layar LCD (hi-res, putar)

Layar LCD lebih besar biasanya lebih baik. Hi resolusi (460k atau 920k) adalah lebih baik daripada 230k (standard). Beberapa kamera memiliki layar LCD putar. Layar semacam ini sangat membantu terutama jika Anda mengkomposisikan gambar menggunakan layar LCD bukan jendela bidik. Tapi saya tidak antusias karena biasanya ukuran layar menjadi lebih kecil baik bentuk dan resolusi.

Layar kamera DSLR yang hanya 230k, sulit untuk memeriksa apakah gambar Anda dalam fokus / kabur atau tidak di layar. Dengan 910k, itu lebih jelas tapi tetap bukan cara terbaik untuk memeriksa gambar.
Pentingnya, kepentingan: 5/1o

Pengambilan gambar secara terus menerus

Fitur ini penting jika Anda mengambil foto olahraga, performa atau satwa liar. Saya rekomendasikan untuk mendapatkan kamera yang dapat mengambil gambar minimal 5 fps (gambar per detik). Hal ini juga berguna untuk merekam satwa liar. Untuk masih fotografer, potret dan pemandangan, ini mungkin tidak begitu penting. 2,5-4 fps mungkin cukup baik.
Kepentingan: 8 / 10 untuk fotografer olahraga, wartawan foto atau satwa liar, 3 / 10 untuk fotografer lainnya.

Sistem Auto Focus (jumlah poin dan pelacakan)

Seperti kecepatan pengambilan gambar terus menerus cepat, sistem fokus otomatis sangat penting dalam fotografi olahraga, satwa liar atau foto tugas jurnalistik.
Kepentingan: 9 / 10 untuk wartawan foto, fotografer olahraga dan satwa liar 5 / 10 untuk fotografer lainnya.

Bodi kamera: kualitas dibangun / penanganan / ergonomis / ukuran

Ini adalah aspek yang paling penting Anda ingin memeriksa dan berpikir dengan hati-hati ketika membeli kamera apakah digital SLR atau kamera kompak. Sebagai contoh, jika Anda sering shooting di kondisi lingkungan yang keras, Anda mungkin ingin cuaca segel / kamera tahan air. Di sisi lain, jika Anda bepergian, Anda mungkin ingin sistem kamera yang ringan dan mudah digunakan.

Ergonomis juga sangat penting faktor elemen kunci dalam menentukan kamera terbaik. Setiap orang memiliki tangan yang berbeda ukuran dan bentuk. Jadi, sementara kamera yang mungkin cocok dengan tangan teman baik, mungkin tidak cocok tangan Anda dengan baik. Cara terbaik adalah untuk mencoba kamera sebelum Anda membelinya.
Kepentingan: 9 / 10

Built-in image stabilization

Built in camera image stabilization ini cukup penting karena banyak lensa tidak memiliki image stabilization, terutama perdana / tetap panjang fokus lensa. Walaupun telah banyak lensa lensa berbasis image stabilization yang memungkinkan Anda untuk melihat efek stabilisasi dalam jendela bidik, banyak dari lensa IS tidak murah.
Kepentingan: 6 / 10

Jendela Bidik

Banyak orang mungkin mengabaikan jendela bidik. Berdasarkan pengalaman saya, jendela bidik (kualitas dan ukuran) adalah sangat penting. Umumnya ada dua jenis jendela bidik, penta prisma dan cermin. Jendela bidik cermin biasanya digunakan dalam pemula / entry level kamera DSLR, dan penta prisma biasanya digunakan dalam kamera yang lebih canggih. Jendela bidik penta prisma jauh lebih terang dan lebih besar dari jendela bidik cermin.

Anda juga perlu memeriksa ukuran jendela bidik dan pembesaran. Beberapa kamera DSLR memiliki jendela bidik yang sangat kecil yang sulit untuk melihat. Ketika Anda melihat jendela bidik, kelihatannya seperti sebuah terowongan.

Jendela bidik penting untuk kamera digital SLR karena Anda akan mengkomposisikan gambar Anda menggunakan jendela kecil ini. Untuk pengguna kamera saku, mungkin tidak relevan karena Anda akan menggunakan kembali layar LCD sebagai gantinya.
Kepentingan: 7 / 10

Live view dan Movie Mode di kamera DSLR

Pada tahun 2008, sebagian besar kamera sudah memiliki live view mode, yang memungkinkan Anda untuk menyusun dan fokus menggunakan layar LCD bukan viewfinder. Live view mode ini sangat membantu dalam beberapa jenis fotografi seperti still life dan close up. Tapi untuk penggunaan umum, dengan menggunakan jendela bidik jauh lebih baik karena Anda melihat frame secara langsung melalui lensa dan fokus otomatis kecepatan 4-5 kali lebih cepat.
Kepentingan: Umum: 3 / 10, fotografer Makro: 8 / 10

Ada juga banyak kamera DSLR yang memiliki modus video. Kamera ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan camcorder biasa. Jika Anda seniman multimedia, Anda mungkin menyukai kamera yang memiliki modus video, tetapi jangan mengharapkan operasi dan merekam video pada kamera DSLR akan mudah. Banyak fitur video di kamera dSLR masih sangat primitif terutama auto fokusnya, dan hanya satu atau dua yang memiliki pilihan kendali eksposur secara manual.
Kepentingan: Untuk fotografer umum: 2 / 10, Untuk seniman multimedia : 8 / 10, Untuk wartawan: 7 / 10

Pengolahan foto dalam kamera

Beberapa kamera DSLR kamera menawarkan beberapa dalam pengolahan foto seperti seni di Olympus, efek miniatur di D3000 Nikon, Auto HDR (High Dynamic Range) di Pentax dan Sony yang bisa menggabungkan beberapa gambar menjadi suatu gambar panorama di kamera saku. Ini adalah pilihan yang baik untuk memiliki untuk pemula yang ingin membuat foto kreatif tanpa harus memiliki pengetahuan tentang editing gambar di komputer. Tetapi bagi kebanyakan fotografer, ini berlebihan. Kebanyakan pengolahan foto di kamera memerlukan waktu proses yang lambat (sekitar 5-10 detik) untuk memproses satu foto dan juga cukup menguras baterai.
Kepentingan: 2 / 10

Memilih merek kamera digital SLR

Tidak seperti membeli barang elektronik lainnya, seperti kamera saku, membeli kamera digital SLR memerlukan pertimbangan ekstra. Sebabnya karena membeli kamera dSLR seperti membeli sistem bukan hanya badan kamera. Sistem ini termasuk kamera, lensa, flash dan aksesoris lainnya.

Karena membeli sebuah sistem, maka bila Anda ingin pindah sistem, Anda akan menemui kendala kompatibilitas dan biaya. Misalnya, bila Anda memiliki kamera merek Canon, dan ingin pindah ke Nikon, lensa Canon Anda tidak bisa digunakan di kamera Nikon (kecuali memakai adapter khusus. Alhasil, Anda harus menjual sistem Canon sebelum membeli sistem Nikon.

Selain itu, Anda harus belajar lagi mengunakan kamera Nikon karena tiap merek memiliki filosofi desain yang berbeda. Hal-hal tersebut membuat Anda harus berhati-hati dalam memilih sistem kamera DSLR.

Canon EOS
Canon EOS adalah sistem DSLR yang komplit. Canon memiliki lensa dan kamera berbagai jenis untuk berbagai kebutuhan dari yang hobi fotografi ataupun untuk profesional. Harga kamera juga bervariasi dari sekitar $500 sampai $7000. Sampai saat ini, Canon memiliki koleksi lensa terlengkap dan tercanggih di dunia. Canon berbagi market share dengan Nikon sebesar kurang lebih 38% masing-masing.

Nikon
Nikon memiliki sejarah yang kuat di era kamera film tetapi saat revolusi kamera digital, Nikon agak terlambat dibanding Canon. Canon terlebih dahulu meluncurkan kamera full frame (kamera dengan ukuran sensor seperti ukuran pada kamera film). Tapi dalam tiga tahun terakhir, Nikon berhasil mengejar ketinggalan dengan meluncurkan kamera digital full frame dimulai dari Nikon D3, D700 dan D3X. Nikon juga berhasil mendesain lensa dengan harga murah tapi berkinerja tinggi. Tapi untuk lensa profesional, rata-rata lensa Nikon lebih mahal dari lensa Canon.

Sony
Pendatang baru di dunia DSLR ini menguasai keahlian Konica & Minolta dalam membuat kamera dan optik. Sebagai pendatang baru, Sony sangat ambisius. Selain membeli Konica Minolta, Sony juga bekerjasama dengan perusahaan pembuat lensa ternama, Carl Zeiss. Saat ini kamera digital SLR Sony bisa dibilang agak terbelakang daripada kamera Nikon dan Canon, tapi Sony memiliki kamera full frame yang sangat diminati fotografer profesional dan amatir. Selain itu, Sony dengan gencar meluncurkan lensa-lensa canggihnya untuk berkompetisi dengan Canon dan Nikon. Saat banyak kamera dSLR memiliki fitur video recording, Sony belum memiliki kamera semacam itu, tapi dikabarkan Sony sedang membuat sebuah kamera yang mengintegrasikan video dan kamera lebih baik daripada merek lain.

Olympus
Saat ini Olympus memiliki dua sistem, pertama yaitu kamera digital SLR four thirds (4/3) yang kedua adalah kamera micro four thirds (4/3). Perbedaan kedua sistem ini adalah, micro four thirds tidak memiliki cermin atau prisma layaknya SLR, tetapi memiliki karakteristik lain yang dimiliki kamera DSLR yaitu sensor berukuran relatif besar dan dapat menukar lensa. Sistem micro four thirds lagi “in” sekarang karena ukurannya yang relatif kecil dibandingkan kamera DSLR biasa.

Yang perlu diperhatikan mengenai sistem 4/3 ini adalah rasio ukuran foto. Lain dengan sistem konvensional, foto yang dihasilkan Olympus berasio 4:3 bukan 3:2, sehingga foto terlihat lebih bujur sangkar daripada persegi panjang.

Panasonic
Panasonic bergabung dengan Olympus dalam konsorsoium 4/3. Beberapa kamera Panasonic seperti L1, kurang sukses di pasar, tapi ketika Panasonic membuat kamera micro 4/3, pasar menjadi bergairah kembali, terutama peluncuran Panasonic G1 dan GH1 beserta lensa-lensa baru berukuran kecil dan ringan.

Pentax
Pentax adalah salah satu perusahaan yang terkenal dalam era kamera film / analog, yang dalam transisinya ke digital sempat mengalami krisis sehingga dibeli oleh perusahaan Hoya. Saat pertama kali menggebrak dunia digital, Pentax terkenal sebagai perusahaan yang inovatif dengan peluncuran Pentax k10D yang memiliki teknologi built-in shake reduction, dan weather sealing dengan harga terjangkau. Pentax juga mengembangkan lensa yang dioptimalkan untuk kamera digital SLR yang memiliki harga relatif cukup murah.

Sayangnya Pentax tidak memiliki dan belum berencana mengeluarkan kamera digital full frame (yang sangat ditunggu-tunggu pemakai kamera film tradisional), dan juga koleksi kamera dan lensanya tidak selengkap dan secanggih Canon atau Nikon.

Samsung
Samsung memulai bisnis SLR sejak bekerjasama dengan Pentax untuk pembuatan komponen elektronik dari kamera, selanjutnya, Samsung juga berambisi untuk menguasai bisnis kamera saku, video camera dan dslr. Samsung bekerjasama dengan Scneider dan Pentax dalam pembuatan lensa. Saat ini, Samsung akan meluncurkan sistem baru seperti sistem micro four-thirds yang akan dinamakan Samsung NX.

Fujifilm
Fujifilm pernah berkolaborasi dengan Nikon dan meluncurkan beberapa kamera SLR. Fuji mengunakan sensor buatan sendiri yang pada saat itu termasuk yang disegani karena memiliki dynamic range yang tinggi. Kemampuan ini membuat kamera dSLR Fuji menjadi terkenal dikalangan fotografer pernikahan.

Tapi seiring waktu berjalan, kamera dSLR lain pun telah memiliki kemampuan atau melebihi kekuatan kamera Fuji, sehingga Fuji memutuskan untuk tidak meneruskan untuk merilis kamera dSLR lain. Meskipun demikian, Fuji tetap aktif di dunia digital SLR sebagai pembuat sensor dan komponen lainnya.

Alasan untuk pindah sistem digital SLR

Saat kita membeli kamera digital SLR yang pertama, berarti kita telah membeli sebuah sistem untuk jangka panjang. Hal ini karena lensa aksesoris dan lensa kamera digital SLR merek tertentu, sebagian besar tidak bisa dipakai di kamera merk lain.

Akibatnya, bila pindah merk, maka semua lensa dan aksesoris juga harus diganti. Selain itu, kita juga harus kembali mempelajari dan membiasakan diri untuk memakai sistem yang baru ini. Kadang-kadang bisa memakan waktu berbulan-bulan untuk benar-benar terbiasa.

Lantas, banyak fotografer dari amatir sampai profesional pindah dari satu merek yang satu ke merek yang lain, tentunya masing-masing memiliki alasan sendiri sendiri. Ada alasan yang saya kira tepat, ada yang saya rasa kurang tepat.

Alasan yang saya kira tepat antara lain

  1. Bila tidak ada ada produk yang di tawarkan merek tersebut yang memenuhi syarat yang kita butuhkan padahal waktu mendesak
  2. Saat itu, saya memiliki kamera Canon 40D dan cukup banyak lensa dan aksesoris bermerek sama. Tapi akan ditugaskan untuk foto di keadaan yang gelap seperti foto tarian, foto candle lighting dan olahraga indoor dan lainnya yang tidak memperbolehkan penggunaan lampu kilat.

    Alhasil saya sempat melirik kamera Canon 5D mark II dan Nikon D700. Saya akhirnya memutuskan untuk memilih kamera Nikon D700 karena auto fokusnya yang cepat dan juga kemampuannya di cahaya ruangan yang temaram. Selain itu Canon 5D mark II lebih mahal karena saat itu baru diluncurkan dan menurut tes, auto fokusnya tidak begitu baik.

    Kalau dihitung-hitung, akibat perpindahan ini, saya menderita kerugian sekitar $1500 (13.5 juta rupiah) . Kalau saya ada waktu untuk menunggu, saya tentu saja menunggu kamera Canon yang seperti Canon EOS 7D atau 1d mark IV.

  3. Sulit mencari pelayanan purna jual, lensa dan aksesoris
    Terkadang, Anda sulit menemukan aksesoris atau layanan purna jual di dekat tempat tinggal Anda. Hal ini tentu bisa mengesalkan terutama saat kamera Anda rusak atau ketika Anda ingin membeli lensa tertentu tapi tidak tersedia di daerah. Maka dari itu pertimbangkanlah untuk pindah ke merek yang memberikan layanan dan ketersediaan lensa dan aksesoris yang memadai
  4. Sistem yang Anda pakai sekarang sudah tidak sesuai dengan visi atau gaya fotografi Anda.
  5. Ada merek / system fotografi yang sasaran utamanya adalah mengembangkan produk untuk fotografer pemula dan amatir seperti Panasonic, Samsung, Pentax, dan Olympus sehingga bila Anda bertujuan untuk menjadi fotografer professional, terutama untuk fotojurnalistik, mungkin kurang tepat untuk memakai merek tersebut.

    Disisi lain, bila Anda mencari system yang ramah dengan pemula, memberikan nilai lebih dengan harga yang lebih murah, pertimbangkan untuk mencari merk-merk yang perhatian utamanya adalah pemula dan amatir.

    Salah satu contohnya adalah kini banyak sistem kamera yang berukuran kecil, seperti Panasonic GF1 dan Olympus PEN E-P1, bila gaya fotografi Anda lebih ideal mengunakan sistem seperti ini, mengapa tidak pindah?

  6. Sponsor
  7. Produsen kamera selalu mencari fotografer berbakat untuk disponsori, bila Anda merupakan salah satu fotografer yang beruntung itu, kenapa tidak menerimanya?

    Namun sebaiknya Anda sudah mencoba merek tersebut dan produk tersebut bisa memenuhi kebutuhan fotografi Anda, sehingga tetap bisa berkarya dengan baik dan tidak dicap munafik oleh fans dan khalayak umum.

Alasan yang kurang tepat untuk pindah sistem

  1. Merk lain lebih popular
  2. Kadang kita merasa minder karena banyak teman-teman atau khayalak ramai mengunakan merek kamera yang lebih populer. Hal ini kadang membuat kita ingin pindah.

    Tapi renungkan terlebih dahulu apakah memang merek yang anda punya tidak bisa memenuhi kebutuhan fotografi Anda?
    Dengan memakai system kamera yang berbeda, justru bisa membuat karya Anda menjadi unik. Jangan kuatir tampil beda.

  3. Fotografer atau teman yang dikagumi pindah sistem
  4. Kadang-kadang ada fotografer terkenal yang ganti merek dari satu ke yang lain. Jangan jadikan ini alasan kenapa pindah, karena kita seringkali tidak mengetahui alasan sebenarnya mereka pindah.

    Seringkali fotografer terkenal dan berpengaruh di incar oleh produsen alat fotografer untuk memakai produk mereka secara gratis dan mempromosikan produk mereka. Oleh sebab itu jangan menjadi korban iklan dan tidak perlu tergesa-gesa untuk pindah ke merek lain.
    Selain itu, mungkin mereka memiliki dana yang besar sehingga ongkos perpindahan tidak menjadi masalah untuk mereka. Dan lagi, kebutuhan mereka mungkin berbeda dengan kebutuhan Anda.

  5. Produk merk lain lebih baik
  6. Seperti kata pepatah yaitu rumput tetangga selalu lebih hijau. Seringkali kita melihat keunggulan kamera atau lensa merek lain dan hanya melihat kekurangan kamera kita sendiri. Hal ini menjebak kita untuk berpikiran tidak objektif.

    Kita juga kadang tidak sabar untuk menunggu model baru dari merek yang kita pakai dalam mengeluarkan produk yang memiliki fitur yang tidak dimiliki model saat ini, tapi dimiliki oleh produk merek lain.

    Contohnya beberapa tahun yang lalu kamera Nikon tidak memiliki sensor full frame sedangkan Canon telah memiliki Canon 5D, tapi beberapa tahun kemudian Nikon mengeluarkan Nikon D3 dan selanjutnya D700, yang merupakan full frame dengan kualitas yang lebih baik terutama di foto di kondisi pencahayaan yang kurang bersahabat.

    Selanjutnya, Canon berhasil meningkatkan kualitas perekaman video ke full HD, tapi kamera Nikon masih di HD 720p. Di masa depan, tidak tertutup kemungkinan Nikon mengungguli Canon dalam hal ini. Oleh sebab itu, daripada buru-buru pindah merek dan kehilangan banyak uang, maka lebih baik sabar menunggu.

Peralatan minimal untuk fotografi pernikahan

Fotografi pernikahan dan prewed memang tidak pernah sepi, tapi sekarang makin popular di kalangan orang Indonesia. Hal ini salah satunya dari perkembangan fotografi digital, yang memungkinkan penyuntingan foto dengan mudah dan berbagi foto melalui media internet sangat mudah dan efisien.

Fenomena inilah yang membuat minat fotografer untuk menekuni foto pernikahan dan pranikah (prewed). Untuk fotografi ini, mungkin Anda bertanya-tanya, apa kira-kira alat yang dibutuhkan?

KAMERA

Minimalnya, Anda memerlukan kamera digital SLR, kenapa bukan kamera saku atau superzoom? karena kamera digital SLR dapat menghasilkan gambar yang lebih baik dan juga auto fokusnya jauh lebih cepat dan akurat. Selain itu, kamera DSLR dengan lensa lebar dapat menghasilkan foto yang bagaikan di dunia fantasi. Lalu jenis kamera mana yang baik? kamera DSLR yang memiliki harga sekitar lima sampai enam jutaan cukup baik. Kalau dana terbatas, lebih baik prioritaskan lensa dan alat-alat lainnya.

LENSA

Biasanya, saat membeli kamera digital SLR, Anda juga otomatis membeli lensa dalam satu paket. Kebanyakan paket tersebut adalah lensa standar zoom. Lensa ini bukan yang terbaik, tapi cukup baik untuk digunakan. Anda juga perlu satu lensa lagi yang memiliki bukaan besar, seperti lensa 50mm atau 85mm. Lensa ini akan Anda pakai untuk foto potret pengantin atau di ruang yang gelap.

LAMPU

Lampu kilat adalah wajib, terutama untuk foto di dalam ruangan. Lampu kilat berkisar antara dua sampai lima juta Rupiah. Memang ada fotografer yang tidak memakai lampu kilat, tapi untuk memakai gaya ini memerlukan alat fotografi yang berat. Belilah lampu kilat yang bisa diputar kepalanya, sehingga Anda bisa mengarahkan lampu.

LAIN-LAIN

Jangan lupa batere tambahan, terutama bila Anda memotret dari pagi sampai malam. Juga siapkan kartu memori yang memadai. Untuk seharian, minimal dibutuhkan antara 20-40 GB.

Itulah alat-alat fotografi minimal yang diperlukan untuk fotografi pernikahan. Lalu, apabila Anda dibayar sebagai profesional, Anda harus mempertimbangkan untuk membeli atau menyewa kamera dan lampu kilat tambahan, untuk menjaga-jaga apabila kamera rusak mendadak. Semoga sukses!

http://www.infofotografi.com/blog/2010/02/peralatan-minimal-untuk-fotografi-pernikahan/

Basic lighting dalam fotografi digital

Esensi fotografi adalah bermain dengan cahaya. Dasar fotografi untuk mengatur cahaya dinamakan eksposure. Komponennya cuma tiga : shutter speed (kecepatan rana), aperture (bukaan diafragma) dan sensitivitas sensor (ISO). Namun pengaturan ketiga komponen inipun tak bisa lepas dari pemahaman dasar akan pencahayaan (lighting), karena cahaya adalah hal pokok yang akan diatur oleh komponen eksposur. Kali ini kami ingin mengulas mengenai teori dasar pencahayaan sebagai bekal untuk memudahkan anda mendapat eksposur yang tepat.

Pencahayaan, atau lighting, bisa digolongkan dalam berbagai bahasan. Umumnya kita membahas lighting berdasarkan jenisnya, sumbernya, dan arah datangnya. Berdasar jenis cahaya kita kenal ada hard light, soft light dsb. Berdasar sumber bisa cahaya tentu dibagi dalam beberapa macam sumber cahaya seperti matahari, lampu studio dsb. Sedangkan menurut arah datangnya cahaya, bisa digolongkan dalam cahaya depan, cahaya samping dan cahaya belakang.

Jenis cahaya

Secara sederhana jenis cahaya dibagi dalam dua kelompok yaitu cahaya keras (hard light) dan cahaya lembut (soft light). Cahaya keras cenderung punya intensitas tinggi yang menyulitkan kamera untuk mengukur eksposur yang tepat, dan berpotensi membuat pantulan pada objek yang difoto. Hard light juga akan membuat bayangan yang tegas sehingga kurang cocok untuk foto profesional. Cahaya keras contohnya dihasilkan oleh semua lampu kilat pada kamera, atau sinar matahari langsung yang menyorot ke objek foto.

Hard light (credit : dailyphototips.com)

Hard light (credit : dailyphototips.com)

Flash diffuser (credit :Omegasatter.com)

Sebaliknya cahaya lembut (soft light) umumnya dihasilkan melalui teknik studio yaitu penggunaan diffuser pada lampu kilat (lihat gambar di samping). Di taraf lebih tinggi digunakan teknik pantulan supaya cahaya bisa semakin lembut, baik pantulan ke langit-langit (bouncing) ataupun memakai reflektor. Cahaya lembut lebih cocok untuk dipakai di studio baik untuk foto orang ataupun foto produk, namun di luar ruang yang punya sumber cahaya kompleks, cahaya lembut sulit diaplikasikan. Setidaknya kita bisa mengenal perbedaan hasil yang didapat dengan memakai cahaya keras atau cahaya lembut.

Sumber cahaya

Di dunia ini sumber cahaya sangat banyak dan kompleks, mulai dari sinar matahari, bermacam jenis lampu dan benda lain yang berpendar. Tiap sumber cahaya memiliki intensitas dan temperatur warna yang berbeda-beda, sehingga diperlukan kemampuan yang baik dari kamera (atau fotografer) dalam menentukan white balance yang tepat. Umumnya kamera mampu mengenali cahaya matahari, lampu neon, lampu pijar dan lampu kilat. Bila hasil white balance otomatis dari kamera meleset (benda putih jadi kebiruan atau kemerahan) atur preset white balance secara manual. Untuk tingkat lebih lanjut, gunakan grey card sehingga foto yang meleset bisa ditolong memakai software.

Preset white balance (credit : alexismiller.com)

Preset white balance (credit : alexismiller.com)

Kebanyakan kita memotret mengandalkan cahaya alami khususnya sinar matahari. Perlu diingat kalau intensitas cahaya matahari sangat tinggi dan berpotensi membuat foto mengalami highlight clipping. Untuk hasil terbaik hindari memotret di saat matahari terik (jam 10 sampai jam 15) karena kamera tidak akan mampu menangkap rentang spektrum terang gelap yang amat lebar. Apalagi prinsip metering kamera mengandalkan cahaya yang dipantulkan oleh objek foto, sehingga resiko eksposure meleset cukup besar.

Temperatur warna bermacam cahaya (credit : Shortcourse.com)

Temperatur warna bermacam cahaya (credit : Shortcourse.com)

Arah datangnya cahaya

Yang menarik adalah pembahasan mengenai arah datangnya cahaya. Menarik karena bila disiasati dengan tepat, bisa didapat foto yang dramatis, namun bila salah maka hasilnya akan mengecewakan.

  • cahaya depan : sesuai namanya, arah datangnya sinar lurus dari depan objek. Cahaya dari depan ini akan memberikan penerangan yang merata di seluruh bidang foto, sehingga didapat foto yang flat tanpa tekstur terang gelap. Meski secara umum foto seperti ini baik, namun terkadang kurang artistik karena kontrasnya rendah.
  • cahaya samping : ini adalah teknik foto yang cukup artistik dengan mengandalkan cahaya yang datang dari arah samping objek foto. Sinar dari samping ini bisa menghasilkan bayangan dan bisa membuat area terang gelap yang bila secara jeli dioptimalkan maka bisa mendapat foto yang artistik. Contoh pemakaian adalah untuk fotografi windows lighting, dengan si model berdiri di samping jendela dan cahaya menyinari bagian samping dari si model.
  • cahaya belakang (backlight) : suatu kondisi yang bisa menghasilkan foto yang baik atau bahkan buruk, tergantung niatnya. Prinsipnya backlight akan membuat objek foto jadi siluet, sehingga tentukan dulu apakah siluet ini memang hasil yang diinginkan atau tidak. Bila kita tidak sedang ingin membuat foto siluet, usahakan menghindari memotret dengan backlight. Meski ada trik untuk mengatasi backlight, tapi hasilnya tidak akan optimal. Maka itu usahakan merubah posisi objek atau fotografer bila berhadapan dengan cahaya dari belakang.

Sebagai bonus, bila pun anda terpaksa memotret dengan sumber cahaya dari belakang (backlight), berikut tips untuk menghindari siluet :

  • atur kompensasi eksposure (Ev) ke arah positif, bisa sampai 2 stop kalau perlu. Hal ini memang akan membuat background menjadi blown (terbakar) tapi kita bisa menyelamatkan objek fotonya.
  • gunakan spot metering lalu arahkan titik pengukuran ke arah objek, hal ini akan membuat kamera menghasilkan eksposur yang tepat hanya di objek foto dan tidak menghiraukan cahaya yang datang dari arah belakang.
  • gunakan fill-in flash, jangan sangka lampu kilat hanya untuk dipakai di daerah gelap. Lampu kilat juga bermanfaat untuk menerangi daerah gelap akibat pencahayaan belakang.
  • gunakan koreksi memakai software (semisal Photoshop), namun tentu anda perlu waktu lagi untuk mengolahnya.

Kesimpulan

Dengan memahami bermacam konsep pencahayaan (jenis, sumber dan arah datangnya cahaya) diharap kita semakin bisa menghasilkan foto yang baik. Saat akan memotret, cobalah untuk sejenak berpikir mengenai cahaya apa yang akan kita pakai, apakah kita perlu soft light (bila ya gunakan diffuser pada lampu kilat), apakah intensitas cahaya sekitar sudah mencukupi untuk kamera mendapat eksposuer yang tepat, apakah kita perlu mengatur white balance secara manual, apakah arah datangnya cahaya memang sudah sesuai yang kita inginkan; bila tidak, bisakah kita merubah posisi kita (dan si objek) untuk mendapat arah cahaya yang tepat? Memang tampaknya rumit, mau memotret saja kok banyak yang harus dipikirkan. Tapi demi foto yang lebih baik, tak ada salahnya kan sedikit ‘berjuang’ dan berlatih?

Kaitan antara ISO dan noise dalam fotografi digital

Sebagai pembuka, bolehlah sekedar mengingat kembali bahwa dasar fotografi adalah bermain dengan cahaya, dimana banyak sedikitnya cahaya yang ditangkap oleh kamera dipengaruhi oleh berapa kecepatan shutter dan besarnya bukaan diafragma. Dalam era fotografi film dikenal dengan nilai ASA pada film yang menandakan sensitivitas film tersebut terhadap cahaya. Istilah ISO pada fotografi digital (mengacu pada standar ISO 12232) pun ekuivalen seperti ASA untuk film, dimana dalam hal ini ISO menyatakan nilai sensitivitas sensor pada kamera digital.
ccd

Sensor CCD

Sensor, baik CCD maupun CMOS, adalah komponen utama dari sebuah kamera digital, yaitu berupa sekeping cip silikon yang tersusun atas jutaan piksel yang peka cahaya. Pada saat gambar yang datang dari lensa mengenai sensor maka tiap-tiap piksel tersebut akan menangkap energi cahaya yang datang dan merubahnya menjadi besaran sinyal tegangan. Seberapa sensitif sensor mampu menangkap cahaya inilah yang dinyatakan oleh besaran ISO. Setiap sensor memiliki nilai ISO dasar/ISO normal yaitu nilai sensitivitas terendah dari sensor yang umumnya ekuivalen dengan ISO50 hingga ISO200 (tergantung jenis dan merk kamera). Pada nilai ISO normal ini kepekaan sensor terhadap cahaya berada pada level terendah sehingga dibutuhkan cukup banyak cahaya untuk mendapatkan foto dengan exposure yang tepat. Oleh karena itu umumnya ISO normal hanya dipakai saat pemotretan outdoor di siang hari.

ISO selectorUntuk mengukur cahaya, istilahnya metering, kamera memiliki sistem pengukur cahaya (light meter) yang menginformasikan seberapa banyak cahaya yang akan masuk mengenai sensor. Apabila cahaya yang diterima sensor terlalu rendah (kadang kamera memberi warning low light pada layar LCD) maka pilihan yang ada untuk menjaga exposure adalah dengan memperbesar diafragma, melambatkan shutter, dan/atau menaikkan nilai ISO. Pada kamera saku yang serba otomatis, nilai shutter dan diafragma akan ditentukan secara otomatis oleh kamera berdasarkan hasil pengukuran cahaya. Apabila pada kondisi kurang cahaya kombinasi shutter dan diafragma tidak mampu menghasilkan exposure yang tepat, barulah nilai ISO perlu dinaikkan. Apabila mode ISO pada kamera diset ke AUTO, maka kamera akan menaikkan nilai ISO secara otomatis. Pada kamera yang memungkinkan untuk dapat menentukan nilai ISO secara manual, nilai ISO yang lebih tinggi dapat kita pilih dalam faktor kelipatan mulai dari 200, 400, 800, 1600 hingga 3200. Bahkan kini kamera digital terbaru mulai menawarkan kemampuan ISO 6400 untuk sensitivitas ekstra tinggi.

ISO rendah dan ISO tinggiPerlu dicatat bahwa dengan nilai ISO yang lebih tinggi juga memungkinkan pemotretan dengan kecepatan shutter yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan ISO tinggi memberikan sensitivitas tinggi sehingga kamera tidak memerlukan banyak cahaya untuk mendapat exposure yang tepat. Shutter cepat ini bermanfaat untuk membuat objek yang bergerak jadi nampak diam. Istilahnya, membekukan objek (lihat gambar perbandingan di samping). Penggunaan ISO rendah (misalnya ISO 100) akan membuat shutter kurang cepat (misal 1/20 detik) untuk mampu menangkap gerakan si anak. Dengan menaikkan ISO (misal ISO 800), didapat nilai shutter yang lebih cepat (misal 1/160 detik) sehingga si anak jadi nampak diam. Terkadang pada kamera yang tidak dilengkapi stabilizer, pemakaian ISO tinggi juga dapat dimanfaatkan untuk mencegah gambar menjadi blur. Dengan ISO tinggi diharapkan getaran tangan yang biasanya rawan membuat gambar blur bisa dihindari karena shutter yang lebih cepat.

Sayangnya peningkatan ISO juga akan membawa efek negatif yang tidak diinginkan. Meningkatkan ISO berarti meningkatkan sensitivitas sensor, sehingga sinyal yang lemah pun dapat menjadi kuat. Masalahnya, pada proses kerja sensor juga menghasilkan noise yang mengiringi sinyal aslinya. Bila ISO dinaikkan, noise yang awalnya kecil pun akan ikut menjadi tinggi. Noise yang tinggi akan tampak mengganggu pada hasil foto dan muncul berupa titik-titik warna yang tidak enak untuk dilihat. Masalah noise ini akan lebih parah apabila jenis sensor yang digunakan adalah sensor berukuran kecil, seperti yang umum dipakai pada kamera saku. Kenapa? Karena sensor kecil memiliki ukuran titik/piksel yang kecil juga, dan secara teori piksel kecil lebih rentan terhadap noise dibandingkan piksel berukuran lebih besar. Oleh karena itulah kamera digital SLR lebih baik dalam menghasilkan foto pada ISO tinggi, karena kamera DSLR memakai sensor yang lebih besar (dan lebih mahal biaya produksinya).

Noise pada berbagai jenis kamera

Noise pada berbagai jenis kamera

Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi noise? Pertama tentunya sebisa mungkin hindari pemakaian ISO terlalu tinggi. Namun apabila terpaksa mamakai ISO tinggi, kamera digital masa kini telah memiliki sistem pengurang noise (Noise Reduction/NR) yang secara otomatis akan mencoba memperhalus hasil foto sebelum disimpan menjadi sebuah file. Tiap merk kamera punya ‘pendekatan’ tersendiri untuk mengatasi noise ini. Bisa jadi merk A akan sedikit menerapkan NR sehingga foto tampak masih agak noise namun memiliki detail lebih baik. Merk B bisa saja memakai NR terlalu berlebih sehingga foto yang dihasilkannya bersih dari noise namun detilnya ikut hilang. Sayangnya sampai saat ini belum ada metoda NR yang mampu menghilangkan noise namun sekaligus mempertahankan detail foto dengan sama baiknya. Apabila untuk kebutuhan fotografi ternyata banyak membuat foto dengan memakai ISO tinggi, sebaiknya memakai kamera profesional dengan sensor berukuran besar (2/3 inci, APS-C atau bahkan Full Frame) yang memiliki Signal to Noise ratio yang baik, sehingga efek dari noise ini dapat dikurangi.

Kesimpulan

  • Nilai ISO dalam fotografi digital menyatakan sensitivitas dari sensor yang dipakai pada kamera digital.

  • Apabila melalui pengaturan shutter dan diafragma tetap tidak bisa didapat exposure yang tepat (biasanya pada kondisi cahaya rendah) maka bisa dicoba menaikkan nilai ISO.
  • Selain untuk pemotretan saat cahaya rendah, pemakaian ISO tinggi juga cocok untuk mencegah blur akibat getaran tangan (apabila kamera tidak dilengkapi fitur stabilizer) atau untuk fotografi kecepatan tinggi, karena ISO tinggi memungkinkan pemakaian shutter lebih cepat dibanding ISO rendah.
  • Menaikkan nilai ISO akan membuat efek samping adanya noise pada hasil foto.
  • Metoda Noise Reduction (NR) dapat digunakan untuk mengurangi noise yang muncul, namun idealnya proses NR tetap mampu sedapat mungkin mempertahankan detail foto supaya tetap tajam.

Saran

  • Carilah kamera yang memiliki sensor berukuran lebih besar dibanding kamera pada umumnya sehingga efek dari noise ini dapat dikurangi.
  • Membiarkan mode ISO dalam posisi AUTO bisa jadi dapat membuat kamera otomatis menaikkan nilai ISO terlalu tinggi bila digunakan pada tempat yang kurang cahaya, alternatifnya aturlah nilai ISO secara manual dengan disesuaikan kondisi pemotretan.
  • Apabila harus menggunakan ISO tinggi, apabila tersedia, gunakan format file RAW sehingga bisa dilakukan noise reduction secara software melalui PC.
  • Jangan membeli kamera digital yang :
  1. tidak bisa mengatur ISO secara manual
  2. memakai image stabilizer palsu dengan menaikkan ISO
  3. memiliki mega piksel tinggi tapi ukuran sensor kecil -> akan sangat noise di ISO tinggi

Panduan lengkap memilih kamera saku superzoom

Berapa panjang lensa zoom pada kamera saku anda? Tiga, empat, atau lima kali zoom optik? Apakah anda merasa kemampuan tele dari kamera anda masih kurang? Bayangkan bila anda memiliki sebuah kamera saku yang mungil namun memiliki lensa yang panjang. Berkat kemampuan manufaktur lensa modern, kini sebuah kamera saku bisa memiliki lensa yang sangat fleksibel yang mampu menjangkau area wide (sekitar 28mm) hingga ekstra tele (diatas 300mm) atau bisa dibilang lensa superzoom (10x zoom optikal, bahkan lebih).

Pada awalnya, kamera saku memiliki lensa zoom yang umumnya amat standar, berkisar dari 35-105mm (setara dengan 3x zoom optik). Guna menjauh dari tekanan ponsel berkamera yang semakin canggih, lambat laun produsen kamera mulai menambah jangkauan baik dalam urusan wide hingga tele, hingga mulai ada kamera yang mampu menjangkau misalnya 35-200mm (setara dengan 5x zoom optik) bahkan ada yang punya lensa 28-200mm (setara dengan 7x zoom optik). Dengan semakin lebarnya rentang fokal lensa kamera saku tentu akan semakin memudahkan pemakainya untuk bermain berbagai komposisi dan perspektif, dari wideangle hingga telephoto.

Ilustrasi fokal wide (28mm) dan tele (300mm) credit : Ricoh

Ilustrasi fokal lensa wide (28mm) dan lensa tele (300mm), source : Ricoh

Kini tren di tahun 2009 semakin menunjukkan fakta yang menggembirakan. Banyak kamera saku generasi baru yang memiliki lensa sangat panjang, dengan perbesaran optik sekitar 10x hingga 12x zoom. Namun tanpa mengenali lebih jauh seputar fitur dan lensanya, bukan tidak mungkin kita akan kebingungan dalam memilihnya. Bila anda berhasrat untuk memiliki kamera saku semacam ini, inilah panduan lengkap memilih kamera saku superzoom, sekaligus kami sajikan memakai sistem rating, urut dari peringkat pertama hingga terakhir menurut evaluasi kami :

# 1 :Panasonic Lumix DMC-TZ7 (4 jutaan)

Lumix TZ7

Lumix TZ7

Kamera seri TZ (Traveller Zoom) dari Lumix ini menjadi kamera saku favorit banyak orang, sejak kehadiran seri pertama TZ1 hingga TZ7 yang memang memiliki keistimewaan dalam lensa Leicanya yang tajam. Lumix TZ7 dengan sensor 10 MP, punya lensa amat fleksibel dengan 25-300mm f/3.3-4.9 atau 12x zoom optik, yang sangat ideal untuk foto landscape dan tamasya. Sayangnya tidak ada fitur manual P/A/S/M pada kamera ini, sebagai gantinya tersedia fitur intelligent Auto (iA) yang akan menentukan setting terbaik untuk tiap kondisi. Sebagai bonus, tersedia fitur HD movie AVCHD untuk merekam perjalanan wisata anda. Rentang lensa Leica DC vario Elmar 25-300mm yang luar biasa efektif ini tak tertandingi oleh merk lain, sehingga menjadikannya berada di peringkat pertama dari rekomendasi kami.

# 2 : Fuji FinePix F70 EXR (3 jutaan)

Fuji F70 EXR

Fuji F70 EXR

Inilah kamera saku kedua dari Fuji yang memakai sensor baru Super CCD EXR (setelah F200 EXR) yang kini memakai sensor 10 MP. F70 EXR menjadi kamera saku pertama Fuji yang punya lensa panjang, atau 27-270mm f/3.3-5.6 atau 10x zoom optik. Terlepas dari lensanya yang mantap, sensor pada kamera ini pun sangat efektif untuk berbagai keperluan pemotretan, yaitu memotret foto resolusi tinggi 10 MP (EXR mode : HR), atau foto low-light dengan noise rendah pada 5 MP (EXR mode : SN) atau foto dengan jangkauan dinamis yang lebar pada resolusi 5 MP (EXR mode : DR). Sayangnya, tidak ada fitur P/A/S/M ataupun HD movie mode di kamera ini. Gabungan dari lensa dan sensor yang efektif menjadikan kamera ini berada di tempat kedua daftar kami.

# 3 : Canon Powershot SX200 IS (3,8 jutaan)

Canon SX200 IS

Canon SX200 IS

Sebagai pesaing langsung dari Lumix TZ series, Canon menghadirkan kamera saku premium dengan nama SX200 IS dengan sensor 12 MP. Lensa Canon yang jadi andalan kali ini memiliki fokal 28-336mm f/3.4-5.3 atau 12x zoom optik. Anda mungkin kurang cocok dengan desain lampu kilatnya yang harus sering dibuka tutup. Sebagai bonus, Canon menyediakan fitur kendali manual P/A/S/M dan HD movie mode. Serba lengkap, termasuk manual mode dan HD movie membuatnya berada di tiga besar daftar kami.

# 4 : Samsung HZ15W (3 jutaan)

samsung HZ15W

Samsung HZ15W

Keseriusan Samsung dalam bermain di dunia digital imaging tampak dari si hitam HZ15W ini. Kamera bersensor 12 MP dan memiliki lensa sangat wide 24-240mm f/3.3-5.8 ini punya rentang fokal yang impresif dari 24mm, meski dalam urusan tele kalah panjang dibanding pesaing karena hanya berakhir di 240mm (atau 10x zoom). Tersedia fitur manual P/A/S/M dan HD movie H.264 untuk liburan anda yang seru. Kehebatan lensa Schneider 24mm dan HD movie menjadikan produsen Korea ini ada di tempat keempat daftar kami.

# 5 : Casio Exilim EX-H10 (4 jutaan)

Casio EX-H10

Casio EX-H10

Casio mencoba peruntungannya di jajaran kamera saku berlensa panjang dengan menghadirkan Exilim EX-H10 dengan sensor 12 MP dan lensa sangat wide 24-240mm f/3.2-5.7 atau 10x zoom optik (rentang yang persis sama seperti Samsung HZ15W di atas). Bila anda menyukai lensa ultra wide 24mm, Casio ini juga layak dipilih karena bakal mendukung hobi landscape anda. Sebagai bonus, tersedia juga fitur HD movie sebagai tanda bahwa kamera ini tergolong kamera saku kelas menengah ke atas. Karena tanpa fitur manual dan harganya yang mahal, maka Casio ini kalah satu tempat dari Samsung alias berada di posisi lima.

# 6 : Ricoh CX2 (3,8 jutaan)

Ricoh CX2

Ricoh CX2

Jangan meremehkan sensornya yang cuma 9 MP pada kamera keren ini, karena sensor jenis CMOS yang dipakai pada Ricoh CX2 ini sanggup bekerja cepat hingga 5 fps pada resolusi penuh. Lensa Ricoh CX2 pun amat efektif dengan rentang 28-300mm f/3.5-5.6 atau 10.7x zoom optik. Ricoh dari dulu punya fitur andalan pre-AF yang terus mencari fokus sebelum tombol rana ditekan. Meski memakai sensor CMOS, namun sayangnya CX2 belum dilengkapi fitur P/A/S/M dan HD movie, sehingga membuat Ricoh CX2 ini harus berada di tempat ke enam daftar kami.

# 7 : Olympus Stylus 9000 (3,4 jutaan)

Stylus 9000

Stylus 9000

Olympus bergabung di kompetisi kamera saku berlensa panjang dengan produknya Stylus 9000 dengan sensor 12 MP dan lensa wide zoom, 28-280mm f/3.2-5.9 atau 10x zoom (rentang lensa 28-280mm seperti ini mengingatkan kita pada Lumix TZ2 dan TZ3 di masa lalu). Selain dari lensa dan desainnya yang keren, Olympus ini tergolong biasa saja karena tidak ada fitur manual P/A/S/M ataupun HD movie, sehingga cukuplah berada di tempat ke tujuh daftar kami.

# 8 : Kodak Z950 (3 jutaan)

Kodak Z950

Kodak Z950

Kodak mungkin bukanlah merk pertama yang terbersit di benak anda saat membayangkan kamera digital, tapi mungkin saja kali ini akan berbeda karena Kodak telah mendesain sebuah kamera saku Z950 yang punya sensor 12 MP dan lensa zoom Schneider 35-350mm f/3.5-4.8 atau 10x zoom. Memang rentang fokalnya yang bermula dari 35mm tergolong kurang wide namun kamera ini tergolong cukup lengkap dengan adanya fitur manul P/A/S/M dan HD movie MPEG-4. Namun dengan lensa yang wide-nya cuma 35mm, sulit bagi Kodak ini untuk berada di posisi elit daftar kami sehingga hanya mampu menempati peringkat ke delapan saja.

# 9 : Canon Powershot SX120 IS (3 jutaan)

Canon SX120 IS

Canon SX120 IS

Sebagai posisi buncit, Canon menghadirkan satu lagi kamera saku berlensa panjang yang lebih ekonomis dari SX200 IS, yaitu SX120 IS. Bedanya, kali ini sang adik tidak memakai lensa wide 28mm, karena rentang lensanya adalah 36-360mm f/2.8-4.3 atau 10x zoom, yang tergolong cukup cepat (punya diafragma besar). Hadir dengan sensor 10 MP, kamera saku gemuk berbaterai AA ini untungnya masih memiliki fitur manual, meski tanpa fitur HD movie. Tanpa lensa wide dan tanpa HD movie, dan desainnya yang bongsor, membuat kamera ini harus berada di posisi sembilan pada daftar kami (meski tak dipungkiri inilah satu-satunya kamera di daftar ini yang memiliki lensa f/2.8).

Itulah sembilan kamera saku mungil berlensa panjang yang bisa anda pertimbangkan, yang kami susun peringkatnya berdasarkan pertimbangan fitur dan spesifikasi. Untuk memastikan apakah kamera tersebut memenuhi ekspektasi anda, akan lebih baik bila anda mengevaluasi sampel fotonya yang bisa diunduh dari situs resmi masing-masing kamera.

Sebagai bonus, bila ukuran bukan jadi masalah, kami tambahkan sembilan daftar di atas dengan dua kamera lain yang juga punya lensa panjang untuk bahan perbandingan :

Nikon Coolpix L100 (2,7 jutaan)

Coolpix L100

Coolpix L100

Kekuatan kamera 10 MP ini adalah lensanya yang ekstra panjang, 15x zoom optik. Lensa Nikon 28-420mm f/3.5-5.4 ini sudah menyamai rentang lensa prosumer, meski kamera Nikon L100 ini masih tergolong kamera saku. Inilah kamera dengan harga termurah sekaligus punya lensa terpanjang dalam daftar kali ini. Dengan harga yang terjangkau, jangan harap ada fitur manual P/A/S/M ataupun HD movie. Bahkan ketiadaan viewfinder elektronik menandakan kalau kamera ini masih tergolong kamera saku kelas basic.

Sony Cybershot H20 (3 jutaan)

Sony H20

Sony H20

Sebagai pesaing dari Nikon L100, Sony juga menelurkan kamera saku berukuran ‘tanggung’ yang bernama Cybershot H20. Kamera bersensor 10 MP ini punya lensa yang jauh dari sebutan wide lens, yaitu Carl Zeiss 38-380mm f/3.5-4.4 atau 10x zoom optik. Meski sama-sama tanpa viewfinder elektronik ataupun manual mode, H20 masih memiliki fitur HD movie MPEG-4.

Sebagai kesimpulan, dari daftar kamera saku superzoom diatas, rekomendasi kami :

  • Kamera superzoom terbaik adalah : Lumix TZ7 dan Canon SX200 IS.
  • Kamera yang menjadi best-buy terbaik : Fuji F70 EXR dan Samsung HZ15W.
  • Kamera value/ekonomis terbaik : Nikon L100.

Tips memilih kamera saku untuk pemula

Kamera saku menjadi kamera yang penjualannya paling laris dan banyak dicari orang karena kepraktisan dalam pemakaian dan harganyanya yang terjangkau. Evolusi pada kamera saku sudah mendekati titik stagnan dalam arti tidak akan banyak perubahan radikal dalam hal teknologi kamera saku pada masa-masa mendatang. Hal ini berbeda sekali kalau kita flashback ke masa lalu dimana perubahan dan peningkatan fitur kamera begitu cepat dan membingungkan. Belum sempat beli kamera 5 mega, sudah keluar yang 7 mega; belum sempat menjajal kamera dengan VGA movie, sudah keluar yang HD movie. Kini bisa dikatakan, apapun kamera yang dibeli sudah hampir ‘matang’ dalam hal teknologi, tinggal kita memilih mana yang paling sesuai dengan selera dan dana.

Kamera generasi baru boleh dibilang sudah canggih, bahkan saking canggihnya calon pembeli (pemula) sampai bingung akan istilah-istilah yang ditulis di iklan, brosur dan spesifikasinya. Belum lagi para pedagang gencar mengklaim berbagai fitur yang terdengar asing di telinga, semakin membuat grogi calon pembeli. Kami sudah pernah menulis soal fitur baru ini, silahkan dibaca untuk menghindari kami menulis dua kali.

Sebagai permulaan, hal yang terpenting adalah mengenali kebutuhan fotografi anda nantinya. Cobalah menjawab pertanyaan berikut ini, setidaknya anda dapat memprediksi kamera seperti apa yang anda butuhkan :

  • apakah kamera anda nantinya akan dipakai sebagai sarana dokumentasi biasa atau untuk membuat karya foto yang lebih artistik? (kaitannya dengan fitur manual)
  • apakah anda lebih perlu lensa wide untuk kesan luas atau lebih memerlukan zoom lensa yang jauh? (kaitannya dengan fokal lensa)
  • apakah anda akan perlu memotret dengan kinerja cepat, seperti anak yang tak bisa diam? (kaitannya dengan performa shutter lag, auto fokus, burst mode dan shot-to-shot)
  • apakah anda tipe petualang yang sering memotret outdoor atau bukan? (kaitannya dengan bodi kamera dan aksesori underwater)
  • apakah anda lebih suka baterai AA atau Lithium?
  • apakah anda akan sering memakai kamera saku di tempat kurang cahaya, tanpa lampu kilat? (kaitannya dengan kemampuan sensor di ISO tinggi)
  • selain memotret, apakah anda juga suka mengambil video? (kaitannya dengan resolusi video)
  • apakah anda perlu foto ukuran besar untuk dicetak besar atau di-crop ketat? (kaitannya dengan resolusi)

Setelah menjawab kuis di atas, mungkin anda sudah semakin mudah dalam membayangkan kebutuhan fotografi anda. Namun tentu perlu diingat kalau tidak mungkin semua yang kita mau bisa diakomodir oleh satu kamera, tentu ada saja hal-hal yang perlu dikompromikan.

Sebagai tips dalam memilih kamera, berikut hal-hal yang perlu dicermati :

  • merk : tidak usah terpaku pada merk, pada dasarnya produsen kamera ternama punya standar mutu yang sama, meski tak dipungkiri merk besar punya layanan after sales yang lebih baik
  • lensa : kunci ketajaman dan kualitas foto ada di lensa, sebisa mungkin lihatlah hasil fotonya sebelum membeli, lihat apakah ketajaman lensanya sudah anda anggap layak atau tidak
  • zoom : kamera saku umumnya punya lensa 3x zoom optik, meski kini sudah bervariasi mulai dari 4, 5, 6 hingga 10x zoom, bila anda tidak perlu zoom terlalu tinggi jangan memaksakan membeli kamera dengan zoom besar
  • fitu wajib : image stabilizer, karena kamera saku kecil dan ringan maka resiko tergoyang saat memotret cukup besar
  • fitur manual mode : minimal perlu ada manual ISO, lalu kalau ada ya manual eksposure (shutter priority dan aperture priority), syukur kalau ada manual focus juga
  • seberapa wide yang anda perlukan? umumnya kamera saku lensanya bermula dari 35mm, bila anda merasa kurang wide carilah kamera yang lensanya bermula dari 30mm, 28mm atau bahkan 24mm yang akan berguna untuk kreativitas perspektif dan membuat kesan luas
  • resolusi : sebisa mungkin hindari resolusi terlalu tinggi (diatas 10 MP) karena sensor pada kamera saku berukuran kecil sehingga bila dijejali piksel terlalu banyak dia tidak akan mampu memberikan foto yang bersih dari noise di ISO tinggi
  • kinerja kamera saku umumnya sama, tapi tidak ada salahnya periksa lagi spesifikasi soal shutter lag (jeda saat menekan tombol shutter dan foto diambil), shot-to-shot (waktu tunggu dari foto pertama ke foto selanjutnya), burst mode (berapa foto bisa diambil dalam satu detik), dan start-up/shutdown time (waktu yang diperlukan oleh kamera untuk siap memotret saat pertama dinyalakan)

Adapun hal-hal yang umumnya relatif sama pada semua kamera saku, sehingga tidak perlu terlalu dipermasalahkan adalah :

  • kinerja dan mode auto fokus, umumnya tiap kamera punya kinerja AF yang sama (prinsip kerja contrast detect) dan mode AF yang disediakan umumnya sama (multi area atau center), beberapa kamera baru menyediakan auto fokus berbasis deteksi wajah (Face detection)
  • kinerja dan mode metering umumnya sama dengan pilihan semacam center weight dan spot metering
  • kinerja white balance dan pilihan preset yang disediakan (seperti flourescent, tungsten, daylight dsb)
  • spesifikasi dasar seperti maks/min shutter speed, maks/min aperture, maks/min ISO, kamampuan baterai, flash power dsb (perkecualian untuk maks aperture yang terlalu kecil akan merepotkan di saat low light, usahakan cari yang f/2.8)

Itulah beberapa tips yang bisa kami sajikan untuk pedoman membeli kamera saku. Bila ada dana lebih, anda bisa memilih kamera dengan fitur lebih banyak dan lebih baik, seperti ukuran LCD yang lebih besar, fitur HD movie dan bodi kamera berbalut logam. Tapi secara umum dengan anggaran 1 hingga 2 juta sudah bisa didapat kamera saku yang mencukupi untuk kebutuhan fotografi sehari-hari.

DSLR untuk pemula, pilih yang mana?

Tahun 2007-2008 menjadi tahun yang menyenangkan bagi fotografer pemula yang membeli DSLR kelas pemula atau entry-level. Betapa tidak, saat itu tercatat banyak produk baru yang harganya terus membuat semua pihak tercengang, karena terus turun hingga menembus angka psikologis (dibawah) lima juta. Seiring krisis ekonomi global di akhir 2008, harga kamera DSLR pun kembali merangkak naik. Kisaran harga DSLR kelas pemula kini berada di kisaran 6 sampai 7 juta, sementara DSLR kelas semi-pro kini berada di atas 10 juta. Hal ini menyebabkan mereka yang belum sempat membeli kamera di tahun lalu menjadi kecewa, karena asumsi harga yang terlanjur ditargetkannya bergeser satu hingga dua juta.

Kini tak perlu lagi menyalahkan masa lalu. Faktanya, saat ini kurs rupiah sekitar 11.000 dan harga DSLR ini sudah stabil di kisaran sekarang. Bila memang sudah ngebet ingin segera memiliki kamera DSLR baru, tak perlu menunggu harga turun lagi yang entah kapan. Berikut daftar DSLR entry level yang bisa dipertimbangkan untuk dibeli pada tahun 2009 ini. Sebagai catatan, di daftar kali ini kami tidak memasukkan DSLR kelas upper entry level yang salah satu cirinya bisa merekam HD movie, karena harga jualnya terlampau tinggi untuk ukuran DSLR murah (contoh : Canon EOS 500D dan Nikon D5000).

Inilah mereka, DSLR murah di tahun 2009, urut dari harga yang terendah :

  1. Sony Alpha A300 (5,7 jutaan)
  2. Canon EOS 1000D (5,8 jutaan)
  3. Pentax K-m (6 jutaan)
  4. Nikon D60 (6,7 jutaan)
  5. Olympus E-620 (7 jutaan)

Kesamaan mendasar

Faktanya, kelima kamera diatas adalah kamera DSLR entry level. Mereka berbagi sensor yang sama (kecuali Olympus dengan sensor agak lebih kecil berformat 4/3), bahkan mereka memakai resolusi yang sama-sama 10 MP (kecuali Olympus dengan 12 MP). Mereka sama-sama dilengkapi dengan lensa kit dalam penjualannya. Soal bodi kamera juga mereka memakai material plastik yang ringan dan kompak, menunjukkan ciri kamera kelas pemula (DSLR kelas pro memakai bodi magnesium alloy). Kinerja shutter secara umum juga sepadan, demikian juga dengan kemampuan ISOnya. Kelimanya juga dijual dengan harga dibawah 7 juta (kelimanya tidak memiliki fitur HD movie recording yang membuat harga DSLR jadi naik). Singkatnya, kelimanya sama-sama baik dan berkualitas, sehingga di awal kami sampaikan saja kalau DSLR manapun yang anda pilih pada dasarnya akan mampu memberikan hasil foto yang baik. Belum puas? Simak lebih jauh plus minus dari kelima kamera DSLR pemula dibawah ini.

Sony Alpha A300 : sarat fitur tak harus mahal

dslr-a300Bahkan Sony A200 pun dijual lebih murah lagi, paket lensa kit hanya 5 juta. Tapi kita tidak sedang membahas A200, kita membahas A300 disini. Sony A300 memakai sistem stabilizer pada bodi, layaknya Pentax dan Olympus. Sony Alpha A300 dan A350 menjadi pendobrak dunia DSLR modern dengan memberi solusi berbeda dalam menyaisati lambatnya auto fokus dalam mode live-view, dengan metoda sensor terpisah. Kecepatan fokus ini tidak menjadikan harga jual A300 lantas jadi tinggi, bahkan Sony A300 ini harganya termurah diantara kelima kamera disini. Bisa dibilang kalau Sony menerapkan strategi spec up, price down pada produk DSLR Alpha.

Plus

Inilah DSLR dengan kecepatan fokus tertinggi saat live-view. Bahkan, A300 ini punya layar LCD 2.7 inci yang bisa dilipat. O ya, urusan kinerja, A300 juga handal. Dengan modul AF 9 titik tentu kamera ini cocok untuk urusan jepret cepat seperti candid. Stabilizer pada bodi berarti semua lensa dapat mengalami efek stabilisasi. ISO native juga bisa sampai ISO 3200, meski noisenya tentu saja cukup terasa. Kemampuan shutternya standar dengan 3 fps unlimited, dan tersedia wireless flash commander untuk kreatifitas fotografi dengan lampu kilat. Bahkan menurut kami plus-plus ini semakin lengkap dengan harga jualnya yang juga wajar, bahkan cenderung murah, cukup dengan 5,7 juta plus lensa kit 18-70mm yang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.

Minus

Bila anda berharap live-view di A300 ini cepat, memang betul adanya. Tapi sensor terpisah membuat live-view ini tidak presisi, tidak dapat menampilkan histogram, dan tidak bisa di-enlarge untuk manual fokus assist. Sony juga masih berkutat mencari metoda tebaik untuk membuat foto JPEG dari Alpha series ini supaya bisa menyamai hasil JPEG kamera lain. Bila anda sering memotret JPEG, cobalah bereksperimen dengan setting JPEG yang paling baik menurut anda.

Dukungan lensa

Pada dasarnya dukungan lensa Sony SAL-DT dari Sony cukup lengkap dan berkualitas. Masalahnya di tanah air mungkin stoknya belum banyak, ditambah lagi tidak banyak lensa alternatif yang mendukung mount dari Sony. Bila anda cukup puas dengan lensa kit DT 18-70mm, sementara optimalkan saja dulu lensa tersebut. Bila ingin mencari lensa tele, pertimbangkan DT 75-300mm dan untuk widenya bisa coba DT 11-18mm.

Penerus Sony A300 di 2009

Sony sudah membuat produk pengganti A300 yang bernama A330, meski tidak ada perubahan signifikan dari upgrade tersebut. Oleh karena itu selama stoknya masih ada, kami masih merekomendasikan A300 saja.

Canon EOS 1000D : versi hemat dari EOS 450D

canon-eos-1000dEntah mengapa waktu itu Canon meluncurkan EOS 1000D (Rebel Xs) disaat penjualan EOS 450D sedang bagus-bagusnya. Tapi kini harga 450D sudah hampir sejajar dengan kamera DSLR semi-pro lawas seperti Nikon D80 sehingga 1000D ini jadi lumayan dicari oleh para budget-minded, apalagi 400D kini sudah semakin sulit dicari. EOS 1000D diluncurkan tengah tahun 2008 dengan paket lensa kit 18-55mm yang sudah dilengkapi IS. kamera ini memakai sensor CMOS 10 MP, dengan 7 titik AF dan mampu mencapai ISO 1600. Cukup mengejutkan saat mengetahui bahwa 1000D sudah dilengkapi dengan live-view, meski masih kalah mantap dari 450D. Kinerja shutter cukup standar dengan 3 fps, dan layar LCD juga standar dengan 2,5 inci.

Plus

Live view jadi andalan 1000D, beserta segala kelebihan lain dari Canon seperti kinerja noise reduction yang baik dan tone yang karakternya juga baik. EOS 1000D pun bisa dipasangkan dengan berbagai lensa EF, EF-S ataupun lensa alternatif merk lain. Kami tempatkan 7 titik AF sebagai nilai plus kamera ini, meski sebenarnya ini adalah down-spec bila dibanding dengan 400D yang punya 9 titik AF. O ya, EOS 1000D juga memakai sistem anti debu yang serupa dengan yang dipakai di 450D.

Minus

Sebagian fotografer tidak bisa menerima kenyataan kalau ada kamera DSLR tidak dilengkapi dengan spot metering, karena fitur ini penting untuk dipakai di kala kondisi pencahayaan amat sulit. Faktanya, 1000D tidak punya spot metering. Apakah ketiadaan ini membuat anda merasa keberatan atau tidak, terserah anda. Kekurangan lainnya cukup mendasar, yaitu bodi kamera ini yang terasa kurang nyaman karena terbalut plastik tanpa lapisan karet layaknya 400D atau 450D.

Dukungan lensa

Tidak perlu kuatir akan dukungan lensa dari Canon. Untuk teman lensa kit, bisa dipilih lensa tele EF-S 55-250mm dan lensa widenya bisa menjajal EF-S 10-22mm. Bila bosan dengan lensa kit dan ingin menjajal lensa kit yang terbaik dari Canon, cobalah EF-S 17-85mm USM.

Penerus EOS 1000D di 2009

Belum ada, setidaknya sampai tulisan ini dibuat Juli 2009 ini. Rumornya, Canon akan membuat penerus 1000D yang akan bernama EOS 2000D dengan fitur HD movie. Sudah bisa diprediksi, harga jual 2000D akan melonjak jauh sehingga EOS 1000D bagaimana pun masih lebih menarik dalam hal harga jual.

Pentax K-m : versi hemat dari K200D

pentax-k-mDi daftar ketiga ini kami sajikan kamera yang tergolong mungil yaitu Pentax K-m (K2000). Rupanya Pentax terinspirasi oleh Canon saat membuat 1000D, karena Pentax juga mengalami hal yang sama. Produk andalannya di kelas entry level, K200D rupanya terlalu mahal dan membuat Pentax terpaksa meluncurkan satu lagi produk yang lebih murah dari K200D ini. Alhasil lahirlah Pentax K-m, dengan ciri tidak lagi memakai bodi weather sealed, dan membuat lensa kit baru yang lebih kecil dan ringan. Pentax memakai stabilizer pada sensor CCD 10 MPnya, sehingga artinya semua lensa yang dipasang di bodi Pentax akan merasakan efek stabilisasi hingga 3 stop. Versi hemat artinya tentu ada aspek yang dikurangi, dalam hal ini jumlah titik AF pada Pentax K-m ini hanya 5 titik saja (dibanding 11 titik pada K200D). Tapi 5 titik ini masih lumayan karena masih fleksibel saat kamera dipakai memotret vertikal atau horizontal. Soal ISO pun Pentax ini mampu mencapai ISO 3200 yang cukup mengagumkan untuk kamera sekelas ini. Inilah satu-satunya DSLR dengan tenaga 4 buah baterai AA.

Plus

Stabilizer pada bodi berarti semua lensa dapat mengalami efek stabilisasi. ISO native juga bisa sampai ISO 3200, meski noisenya tentu saja cukup terasa. Secara umum kinerja dan performa menyamai K200D, bahkan burst-nya mengalahkan K200D dengan 3.5 fps yang mana amat baik untuk kamera semurah ini. Layar LCD pun tampak lega dengan ukuran 2,7 inci.

Minus

Saat pesaingnya EOS 100D menyertakan fitur live-view, Pentax K-m ini hadir tanpa fitur tersebut. Selain itu indikator titik AF tidak ditampilkan di viewfinder layaknya DSLR lain. Belum ada info apakah ada sistem anti debu di Pentax K-m ini. Selain kedua hal diatas, praktis tidak ada hal negatif yang dijumpai di kamera ini, bahkan sejujurnya kamera ini semestinya dapat mengungguli EOS 1000D seandainya memiliki live-view.

Dukungan lensa

Belum ada info apakah lensa kit DA-L 18-55mm ini telah memakai motor SDM atau belum. Tapi lensa Pentax terkenal akan kualitas dan harganya. Bila perlu lensa tele, bisa pertimbangkan DA 50-200mm dan untuk widenya bisa mencoba DA 12-24mm. Bila tidak puas dengan lensa kitnya, jajal saja lensa sapu jagad dengan rentang ekstra panjang, DA 18-250mm. Sayangnya lensa alternatif seperti Sigma/Tamron/Tokina jarang punya stok dengan mount KAF Pentax.

Nikon D60 : kualitas di dalam kesederhanaan

D60

Adalah Nikon D60, si pengganti D40 yang kini mengusung sensor CCD beresolusi 10 MP, dibekali lensa kit 18-55mm VR, fitur anti-debu, active-D lighting dan Expeed engine Nikon. Kamera ini mampu mencapai ISO 1600 (dan ISO setara 3200 bila dinaikkan satu tingkat dari ISO 1600), dengan kecepatan burst 3 fps. Modul AF memakai 3 titik AF saja, sangat basic, namun tersedia mode continuous servo untuk mengunci fokus benda yang bergerak. Inilah kamera yang tidak sarat fitur berlimpah namun tetap menjaga kualitas khas Nikon dalam kesederhanaannya.

Plus

Apa sih yang jadi kekuatan utama dari DSLR termurah dari Nikon ini? Faktanya, anda tidak akan menemukan fitur modern seperti live-view di D60. Tapi mengapa masih banyak orang yang terus mengincar dan membeli D60 ini? Bisa jadi alasannya cukup subjektif, karena yang jadi andalan Nikon D60 pun adalah fitur yang pada dasarnya ada di semua kamera DSLR, namun diyakini pada D60 fitur tersebut lebih baik dan efektif. Diantaranya : metering yang handal, Auto ISO yang efektif, noise reduction yang tepat, karakter warna / tone yang consumer friendly, ergonomi dan tata lentak tombol yang nyaman, menu yang mudah dipahami, hingga white balance yang jarang meleset. Anda boleh tidak sependapat, kami katakan sekali lagi, ini subjektif sekali. Jangan sampai ada anggapan kamera lain meteringnya jelek, misalnya. Tapi dapat kami katakan kalau Nikon membuat setiap kameranya dengan cermat, termasuk D60 ini yang mampu memberi hasil foto yang baik, dan pemakai D60 dapat ikut merasakan seperti apa rasanya memakai dan menikmati hasil foto dari DSLR Nikon. Bila anda ‘brand minded’, dan memang meyakini kalau hasil foto dari Nikon memang mantap, pilih saja D60 tanpa harus memperdulikan kekurangan dari D60 di bawah ini.

Minus

Ada dua hal yang menjadi kekurangan utama D60 : ketiadaan motor AF di bodi dan jumlah titik AF yang hanya tiga titik. Sejumlah Nikon mania mengeluhkan lensa-lensa lawasnya (Nikon AF atauNikon AF-D) tidak bisa auto fokus di D60, sementara pecinta candid dan sport photography mengeluhkan titik AF yang terlalu sedikit pada D60. Awalnya kami tidak melihat ketiadaan live-view adalah suatu kekurangan fatal, tapi mengingat kompetitor sudah ada yang memakai live-view, bolehlah kami sebut D60 ini semestinya juga dilengkapi dengan live-view. Buat yang senang memotret bracketing untuk foto HDR juga akan kecewa karena fitur yang amat standar ini bahkan tidak dijumpai di D60. Nikon D60 pun kurang fleksibel karena ketiadaan dukungan wireless flash ataupun asesori resmi battery grip.

Dukungan lensa

Tidak dipungkiri lagi, dukungan lensa Nikon selalu jadi alasan utama mengapa orang memilih DSLR Nikon. Betul kalau D60 tidak bisa auto fokus di lensa Nikon lama, tapi kini jajaran lensa Nikon AF-S baru sudah semakin banyak. Lensa kit D60 pun sudah amat baik plus sudah ada VRnya. Bila ingin menambah lensa lagi, pertimbangkan AF-S 55-200mm untuk telenya, dan AF-S 12-24mm untuk widenya. Bila bosan memakai lensa kit, tersedia lensa lain pengganti lensa kit yang bagus dan terjangkau seperti AF-S 18-135mm, AF-S 18-105mm atau AF-S 16-85mm, kesemuanya lensa DX. (Catatan : lensa Nikon non-DX juga bisa dipakai, meski ukurannya lebih besar dari lensa DX).

Penerus D60 di 2009 (update 30 Juli 2009)

Nikon D3000 dengan 11 titik AF dan LCD berukuran 3 inci. Baik D3000 dan D60 masih sama-sama memakai sensor CCD 10 MP, tanpa live-view dan burst 3 fps. Bila D3000 ini sudah tersedia di pasaran, maka D60 ini secara alami akan diskontinu.

Olympus E620 : fitur dan kinerja mendekati kamera DSLR semi-pro

oly-e520Penerus E520 ini masih tergolong DSLR entry-level, meski sebenarnya secara fitur sudah mendekati DSLR semi-pro. Terinspirasi dari sukses E-30, Olympus membuat kejutan dengan perubahan radikal pada E620 dengan banyak penyempurnaan yang membuatnya mampu bersaing dengan DSLR entry-level lain. Tersedia paket dengan lensa kit 14-42mm (di beberapa tempat dijual dengan paket dobel lens kit 40-150mm), dengan sensor NMOS 12 MP beraspek rasio 4 : 3 dan crop factor 2x, maka lensa kit ini menjadi setara dengan 28-85mm. E620 telah dilengkapi layar LCD 2,7 inci yang bisa dilipat, live-view, anti debu, dan stabilizer pada bodinya. So, meski E620 di daftar ini menjadi yang termahal (dan terbaru), namun dengan segala kelebihan fiturnya memang layak untuk menjadi yang terbaik di kelas DSLR pemula.

Plus

Live-view dengan face detection, 7 titik AF (sebelumnya 3 titik AF di E520), anti debu SSWM, stabilizer pada bodi (4 stop) sehingga lensa yang terpasang mengalami efek stabilisasi, flash wireless untuk kreativitas lampu kilat, desain bodi tampak kokoh dan tidak murahan, layar LCD 2,7 inci yang bisa dilipat, shadow adjustment technology, sebagian tombolnya bisa menyala dalam gelap, 4 fps burst mode yang cepat, dan mendukung dua macam memory card (CF dan xD).

Minus

Gambar lebih noise di ISO tinggi dibanding kompetitor (karena ukuran sensor yang lebih kecil dari APS-C), cenderung mengalami highlight clipping, viewfinder lebih kecil dari pesaingnya, tata letak tombol tersebar di berbagai sisi bodi kamera.

Dukungan lensa

Terdapat beberapa lensa Zuiko yang berkualitas, dengan asumsi crop factor 2x dari sensor Olympus, membuat lensa tele akan mendapat keuntungan lebih dimana fokal 200mm bisa menjadi 400mm, misalnya. Sebagai teman dari lensa kit, bisa dipertimbangkan Zuiko ED 40-150mm dan untuk lensa widenya bisa memakai ED 9-18mm.

Kesimpulan

DSLR entry-level menjadi produk primadona mereka yang punya anggaran terbatas ataupun mereka yang baru menerjuni dunia fotografi digital. Dengan dana 5 sampai 7 juta, sudah bisa didapat kamera DSLR yang cukup lengkap, berkualitas tinggi dan berkinerja lumayan dan memiliki paket lensa kit yang memadai untuk mulai belajar memotret. Meski ada juga DSLR entry level yang punya harga 8 jutaan (seperti EOS 450D/500D, Pentax K200D atau Nikon D5000) namun menurut kami dengan dana 7 juta atau kurang kita sudah bisa memiliki DSLR kelas pemula yang baik, dan dana 8 juta sebetulnya lebih baik dipakai untuk membeli DSLR semi-pro bodi only semisal Nikon D80 atau Canon 40D.

Dari daftar 5 kamera DSLR pemula di atas, yang bisa disimpulkan adalah :

  • harga jual : termahal Olympus E-620, termurah Sony A300
  • jumlah titik AF : terbanyak Sony A300 (9 titik), paling sedikit Nikon D60 (3 titik)
  • kecepatan burst : tercepat Olympus E-620 (4 fps), Pentax K-m (3,5 fps)
  • sanggup hingga ISO 3200 : Olympus E620, Pentax K-m, Sony A300
  • wireless flash commander : Sony A300 dan Olympus E620
  • stabilizer di bodi : Olumpus E620 dan Pentax K-m
  • baterai : Pentax K-m pakai 4 x AA, lainnya baterai lithium
  • kesamaan umum : shutter max (1/4000 detik), viewfinder coverage (0.95-0.96 %), flash range (11-13m), resolusi LCD (230 ribu piksel) khusus Olympus E620 LCD bisa dilipat.

Basic setting kamera yang wajib untuk dipahami

Percaya atau tidak, banyak pemilik kamera digital yang masih belum memahami setting dasar dari kameranya, sehingga dalam memotret dia hanya mengandalkan mode Auto dan pasrah akan hasil akhir nantinya. Padahal kita tahu bahwa kamera punya banyak setting dan kesalahan setting akan membuat hasil foto bisa mengecewakan sehingga ada saja orang yang merasa ragu untuk mencoba berbagai setting yang ada di kameranya. Betul kalau mode Auto pada kamera masa kini sudah amat cerdas dalam membuat foto yang aman, tapi apakah anda tidak ingin menjajal berbagai setting yang ada di kamera anda? Setidaknya kita harus mengenali dan pernah mencoba seluruh setting dasar yang ada pada kamera yang kita miliki sehingga tahu apa yang harus dirubah saat berhadapan dengan situasi yang berbeda-beda.

Meski tampak sepele, tapi setting berikut ini bisa membantu anda menghasilkan foto yang lebih baik, bila diatur dengan benar. Untuk lebih jelasnya, baca juga buku manual kamera anda karena apa yang kami sampaikan berikut ini bersifat umum.

Ukuran foto (resolusi sensor)

Foto atau gambar format digital diukur dengan satuan piksel dan ini terkait dengan resolusi yang dimiliki sensor kamera, dimana resolusi sensor menandakan ukuran maksimal foto yang bisa dihasilkan (dinyatakan dalam mega piksel). Kamera masa kini telah mengalami peningkatan dalam jumlah piksel pada keping sensornya dan kita tahu kalau semakin tinggi resolusinya maka semakin detail foto yang dihasilkan.

Berapapun resolusi yang dimiliki oleh kamera digital, biasanya terdapat pilihan setting resolusi yaitu :

  • resolusi maksimum (large) : disini kamera akan menghasilkan foto dengan resolusi penuh dan otomatis file foto yang dihasilkan juga akan berukuran besar. Gunakan resolusi tertinggi ini bila anda memang sedang memotret sesuatu yang penting, kaya detail, berencana banyak melakukan cropping atau akan mencetak ukuran besar.
  • resolusi menengah (medium) : kamera akan menghasilkan foto dengan ukuran menengah yang masih cukup detail namun ukuran filenya tidak terlalu besar. Setting ini cocok dipakai untuk memotret sehari-hari.
  • resolusi kecil (small) : bila anda hanya perlu foto berukuran kecil untuk ditampilkan di web dan tidak berencana untuk dicetak ataupun melakukan cropping, resolusi kecil ini bisa saja dipakai.

Kualitas foto (kompresi JPEG)

Banyak orang yang salah paham kalau kualitas foto itu ditentukan dari resolusinya. Padahal resolusi menyatakan detail foto sementara kualitas ditentukan dari tingkat kompresi JPEG yang bisa kita atur settingnya. Semakin tinggi kompresi JPEG maka kualitas foto akan makin rendah karena preses kompresi ini bersifat lossy alias menurunkan kualitas. Foto berkualitas rendah akan tampak adanya artifak atau kotak-kotak akibat proses kompresi yang tinggi, namun memiliki ukuran file yang rendah.

Setting kualitas yang umumnya dijumpai di kamera :

  • kualitas tertinggi (super fine, best atau high quality) : bila perlu foto berkualitas tinggi dan minim artifak, pilih setting dengan kompresi terendah ini, namun ukuran file akan sangat besar (sekitar 4-5 MB per foto).
  • kualitas menengah (fine, better atau medium quality) : cocok untuk digunakan sehari-hari, masih aman dari artifak yang mengganggu namun file foto tidak terlalu besar.
  • kualitas dasar (normal, good atau basic quality) : bisa dipilih kalau sedang kondisi darurat, misalnya kebetulan kartu memori yang ada kapasitasnya rendah, atau sisa ruang simpan di kartu memori tinggal sedikit. Di setting ini kompresi JPEG sangat tinggi sehingga sebuah file foto bisa berukuran kecil namun akan banyak mengalami efek kompresi seperti artifak yang bakal terlihat di hasil foto.

Sensitivitas sensor (ISO)

ISO dalam fotografi digital menandakan seberapa sensitif sensor terhadap cahaya. Tiap kamera punya ISO dasar (atau ISO terendah) yang umumnya diantara ISO 80 hingga ISO 200. Di ISO terendah ini sensor memberikan hasil foto yang rendah noise sehingga umumnya kebanyakan orang membiarkan kameranya selalu memakai ISO rendah. Padahal adanya pilihan nilai ISO pada kamera disediakan tentu untuk kemudahan kita, dan kapan memakai ISO rendah dan kapan harus menaikkan ISO tentu perlu kita pahami.

  • ISO rendah (ISO 80 - 200) cocok untuk dipakai sehari-hari, selama cahaya sekitar cukup terang seperti saat memotret di siang hari. ISO rendah juga bisa dipilih bila kita ingin fotonya terhindar dari noise atau saat sedang bermain slow speed.
  • ISO menengah (ISO 400 - 800) bisa jadi nilai kompromi antara sensitivitas dan noise, dalam arti di ISO menengah ini kita mendapat sensor yang lebih sensitif namun dengan noise yang tidak terlalu tinggi. Gunakan ISO menengah bila cahaya sekitar sudah mulai redup, atau saat memakai ISO dasar ternyata shutter speed terlampau lambat dan berpotensi blur. Noise yang muncul akibat memakai ISO menengah ini masih bisa dikurangi memakai software komputer.
  • ISO tinggi (ISO 1000 - 6400) adalah peningkatan ekstrim dari sensitivitas sensor yang akan membuat sensor sangat sensitif terhadap cahaya sekaligus membuat banyak noise pada foto. Gunakan ISO tinggi bila cahaya yang ada tidak mencukupi bagi kamera untuk mendapat eksposur yang tepat, atau bila kita ingin mendapatkan shutter speed yang tinggi. Pada kebanyakan kamera digital, ISO tinggi umumnya memberi hasil foto yang penuh noise dan kurang baik untuk dicetak.

Kompensasi Eksposur (Ev)

Setting yang satu ini kadang dipahami banyak orang sebagai kendali terang gelap, meski yang lebih tepatnya adalah bagaimana kita memberikan instruksi pada kamera untuk merubah nilai nol eksposur. Setting Ev menjadi setting dasar kamera digital mulai dari kamera kelas pro hingga kamera ponsel, dan nyatanya setting ini sangat bermanfaat untuk mengatasi kendala terang gelap yang tidak sesuai keinginan kita. Nilai default Ev adalah 0 (nol) dimana kamera berupaya mencari nilai shutter dan aperture terbaik hasil pengukuran kondisi pencahayaan saat itu (metering). Pada nilai Ev 0 biasanya area terang (highlight) dan gelap (shadow) berada pada kondisi yang imbang, meski karakter tiap kamera bisa sedikit berbeda. Dalam kondisi tertentu, adakalanya metering kamera tidak memberikan hasil yang sesuai dengan keinginan kita, entah objeknya terlalu over atau terlalu under. Nah, bila sudah begitu kita bisa merubah nilai Ev ini ke arah :

  • Positif Ev (mulai dari +1/3 Ev hingga +3 Ev) dilakukan bila kita ingin membuat bagian yang gelap menjadi lebih terang, meski dengan resiko bagian terang jadi terbakar (blown). Biasanya di area yang kontrasnya tinggi seperti saat sinar matahari terik, atau ada sinar dari belakang objek (backlight), maka foto perlu dikompensasi ke arah positif.
  • Negatif Ev (mulai dari -1/3 Ev hingga -3 Ev) dilakukan bila kita ingin mengurangi area yang terang jadi lebih gelap, seperti saat memotret sunset. Tanpa menurunkan Ev, foto sunset akan terlalu terang dan niscaya momen indah saat matahari terbenam itu tidak akan terekam dengan baik.

Mode lampu kilat (flash)

Lampu kilat yang ada pada kamera tampaknya cukup sepele karena hanya berfungsi sebagai lampu tambahan. Namun adakalanya pemilik kamera masih sering mengabaikan setting flash saat memotret. Umumnya setting flash ini dibiarkan di posisi Auto dimana flash akan menyala hanya kalau suasana sudah cukup gelap. Padahal seringkali kita perlu flash di siang hari, dan bisa saja kita justru tidak boleh menyalakan flash di malam hari. Untuk itu inilah setting dasar lampu kilat kamera secara umum yang perlu dipahami :

  • Auto : menyala otomatis saat mulai gelap. Biasakan untuk tidak memakai mode flash Auto.
  • Flash on : selalu menyala setiap memotret. Gunakan setting ini bila ingin memotret dengan lampu kilat seperti saat tidak ada sumber cahaya apapun selain dari lampu kamera, atau saat siang hari tapi objek yang akan difoto terhalang bayangan sehingga gelap. Flash di siang hari juga bisa dipakai untuk melawan backlight.
  • Flash on plus red-eye : sama seperti di atas, namun lampu kilat akan menyala dua kali untuk mencegah mata merah. Ada saja orang yang memakai setting ini tanpa memahami mode ini untuk apa, sehingga dia memakai setting ini setiap kali memotret, siang atau malam. Padahal dengan dua kali lampu kilat menyala, potensi kehilangan momen cukup tinggi karena ada jeda saat memotret dan hingga saat gambar diambil. Lagi pula dengan seringnya lampu kilat menyala akan membuat baterai cepat habis.
  • Flash off : kebalikan dengan flash on, setting flash off tentu mencegah lampu kilat menyala saat memotret. Pertama, gunakan setting ini saat cahaya sekitar sudah cukup banyak. Kedua, matikan flash saat kita perlu memotret dengan available light (sumber cahaya alami) seperti memotret lilin, night shot atau ruangan yang sangat luas. Ketiga, setting ini berguna saat penggunaan lampu kilat dilarang seperti saat konser di panggung pertunjukan atau di rumah ibadah. Keempat, jangan pakai lampu kilat bila hasil foto akan mengalami pantulan lampu seperti memotret dari balik jendela mobil, memotret ikan di akuarium dan memotret benda yang mengkilat.

White balance

Terakhir, setting dasar yang kerap diabaikan adalah pengaturan karakter warna white balance. Alasan umum mengapa jarang ada yang suka mencoba bermain-main dengan setting ini adalah karena di posisi Auto WB, hasil foto sudah cukup aman dan warnanya jarang meleset. Hanya saja apakah kita akan pasrah pada mode Auto saat berhadapan dengan sumber cahaya putih yang berbeda-beda? Di alam ini sumber cahaya putih sangat banyak mulai dari matahari, lampu neon, lampu pijar hingga lampu kilat. Bila kamera salah dalam mengenali sumber cahaya yang ada, hasil foto akan jadi kebiruan atau kemerahan sehingga merusak mood dari sebuah foto. Bila pada kamera sudah tersedia preset WB untuk berbagai sumber cahaya tersebut, cobalah untuk memakai setting yang sesuai supaya karakter warnanya lebih tepat.

Itulah setting dasar kamera digital yang perlu dikenali, dipahami dan dicoba. Masih banyak setting lain yang tingkatnya lebih advanced, namun dengan mengoptimalkan setting dasar saja diharap kita sudah bisa menjaga hasil foto supaya tidak mengecewakan.